The Codex of Lucifer: Chapter 06 - Secret Plan
'Secret Plan'
Samuel, pria berambut hitam lurus seleher itu terlihat
duduk di sofa panjang. Mata lancipnya tengah membaca novel bertema romansa
kehidupan manusia. Selama menjadi iblis, dia sangat bingung kenapa manusia
dapat mengenal cinta dan kasih sayang. Mungkin setelah membaca buku ini dia
akan sedikit paham makna mengenai cinta tersebut.
Sesekali dia berganti posisi menjadi tiduran, bahkan
sampai jungkir balik. Buku bercover merah muda itu ternyata lebih menarik dari
dugaannya. Dia belajar banyak mengenal kehidupan remaja manusia hanya dalam
satu buku.
Manusia itu aneh, menurutnya. Sampai menggaruk dagu,
dia masih bertanya kenapa mereka harus pacaran, menggapai cinta, lalu menikah
dan mendapat anak dari buah cinta tersebut. Sangat berbeda dengan iblis yang
lahir dan diciptakan dari api.
Iblis di neraka tak beranak, dan tak diperanakkan.
Mereka tercipta langsung dari dosa dan dendam manusia dalam kobaran api abadi.
Selama manusia saling membenci, iblis-iblis baru akan tercipta di neraka, dan
saling berkompetisi siapa yang paling kuat akan memimpin pasukan.
Selama ribuan tahun menyamar, Samuel hanya berkeliling
dunia dan bertempat tinggal di tempat yang tak terjamah manusia. Samuel tak
pernah berkomunikasi langsung, bahkan bertegur sapa. Dia mengambil tubuh
manusia sebagai inang dengan cara membunuh, lalu pergi ke negara lain agar
orang yang mengenal jasad tersebut tak mencarinya.
Dalam kamar yang sejuk ini, sudah tiga jam Sam
menghabiskan waktunya hanya untuk membaca buku. Pintu menuju balkon sengaja
dibuka agar cahaya dan udara dapat masuk dengan bebas.
Suasana sore memang waktu yang paling tepat untuk
bersantai. Tak sendiri, dia ditemani secangkir darah malaikat sebagai pelepas
dahaga. Suara kicau burung dan klakson mobil menjadi lagu latar belakangnya.
Sempurna.
“H-hei! Kau siapa?!”
Saat sedang asyik-asyiknya membaca, pintu kamar
tiba-tiba terbuka. Wanita itu tercengang saat ada orang lain memasuki kamarnya.
“T-tunggu!” Sam yang terkejut menarik mundur posisi
duduknya, takut akan wanita tersebut berteriak untuk memanggil bantuan.
Wanita tersebut yakni dia si pemilik rambut
pirang-pendek, Chika yang mencoba masuk, namun apa yang dilihat pertama kali
adalah sesosok pria tak dikenal yang menyusup masuk apartemennya, dan terduduk
manis di sofa.
Chika segera mengambil sapu yang memang diletakkan di
samping pintu. Dengan sapu ini dia menjadikannya sebuah pedang dan memasang
kuda-kuda siap bertarung. “Mau apa kau di kamar ini?!”
“Diamlah di sana, gadis manis.”
“Eh?”
Rofocale, si kucing hitam itu masuk ke dalam, dia
berjalan dari balkon apartemen menuju keributan di kamar ini. Menatap mata
Chika, dia pun berkata, “Pria ini sama sepertiku.”
“Apa?”
“Iblis.”
“Sungguh?!” Ekspresi Chika sangat terkejut. “Bukannya
satu-satunya iblis hanya tinggal Rofocale, ya?”
Sam menggelengkan kepala. “Tutup pintunya.”
Chika sedikit kaku, dia segera menutup pintu sesuai
permintaan Sam, dan menguncinya rapat. Sapu yang tadi digenggam dia sandarkan
kembali pada dinding.
“Jadi kau Chika, salah satu jelmaan iblis yang Rofocale
bangkitkan?”
“Iya. Lalu kau siapa?”
“Aku Samuel, iblis Samael. Biar sedikit kujelaskan. Saat
perang itu berlangsung, aku diutus untuk turun ke bumi oleh Lucifer. Bahkan
lebih dulu dari Rofocale. Maka dari itu kami pisah arah.”
Chika menaruh tas pada lantai, lalu duduk di kursi
komputer, berhadapan dengan Sam. “Tapi mengapa kalian berdua baru bertemu?”
“Penyamaran,” jawab Rofocale, dia lalu beranjak naik
ke sofa, duduk di samping Sam. “Dalam tubuh samaran ini, resonansi antara iblis
dengan iblis berkurang, jadi aku tak bisa mendeteksi iblis lain di bumi ini.”
Sam mengangguk. “Rofocale benar. Resonansi kami
berkurang, maka dari itu aku tak bisa mendeteksi di mana Rofocale berada selama
ribuan tahun ini.”
“Jadi itu gunanya kalian menyamar, ya,” kata Chika,
dia pun menggaruk dagunya saat mengambil kesimpulan. “Mengurangi resonansi aura
iblis juga sama dengan mengurangi terdeteksinya kalian sebagai iblis di mata
malaikat. Penyamaran ini berguna untuk menyusun rencana kalian membangun
kembali kerajaan iblis.”
“Tepat sekali,” jawab Sam. “Sama sepertimu yang
setengah iblis, tubuh manusiamu mengalihkan malaikat bahwa kau sebenarnya
adalah iblis.”
“Begitu, ya. Tentu jika malaikat tahu bahwa aku ini
iblis, pasti mereka akan menghukumku dengan kematian yang menyiksa pada siang
tadi, atau bahkan saat aku kembali dibangkitkan dari kematian.”
Sam menatap Rofocale. “Tak kusangka kau merekrut orang
pintar.”
“Meh.”
“Lalu pertanyaannya, kenapa aku hanya ‘setengah
iblis’?”
“Kalau kubangkitkan kau menjadi iblis sempurna,
kekuatan yang kuberikan tak akan terkendali, lalu raga Chika akan pecah
berkeping-keping.”
“Heh?!” Chika terkejut. “Lalu, pada saat itu…,
apakah?”
“Ya,” tegas Rofocale. “Pada malam itu, di saat Ratih
hendak terbunuh, kekuatan iblismu dari yang kuberikan sebesar 50% naik menjadi
55%. Sedikit saja melonjak naik itu sangat mempengaruhi fisik, mental, dan pola
pikir dirimu. Kekuatan yang naik 5% saja kau langsung kehabisan tenaga.”
“Tapi, bagaimana bisa kekuatanku naik?”
“Dendam,” jawab Sam. “Iblis sangat suka dendam, amarah
yang meluap. Semakin kau menyimpan dendam, maka kau semakin kuat, api dalam
tubuhmu akan semakin membara.”
Chika menatap lantai saat memikirkan jawaban itu. Sam
sepenuhnya benar. Saat kekuatan itu naik, Chika memang merasa amarah meluap
saat Ratih hendak terbunuh. Status Ratih adalah teman satu-satunya, dan Chika
tak mau kehilangan sosok itu.
Alasan itu rupanya memancing rasa dendam, sebuah
derita saat membayangkan sosok yang dicinta mati tepat di depan matanya. Chika
tak mau itu terjadi, dan lalu kekuatan itu muncul.
“Sekarang aku mengerti kenapa Rofocale hanya memberiku
50% dari kekuatan iblis.”
“Memberikan lebih dari itu akan membuat manusia lepas
kendali, lalu kau akan kehilangan sisi manusiamu.”
Chika menelan ludah saat mendengar ucapan Sam.
“Saat kau lepas kendali, maka iblis menguasai ragamu,
lalu raga itu akan ditelan oleh darah dalam tubuhmu sendiri, dan membentuk
daging iblis ke bentuk sempurnanya.”
“Dengan kata lain, kau berubah menjadi iblis yang
lahir kembali dari rasa dendam, seperti iblis-iblis lain yang baru terlahir di
neraka.”
“Ergh, menyeramkan.”
“Aku harap kau dapat mengendalikan amarahmu itu,” kata
Rofocale. “Mengingat sisi psikologismu itu mudah goyah, maka dari itu jangan
pernah jauh-jauh dari Ratih, dan selalu rutin meminum obat yang doktermu
berikan.”
“Aku mengerti.”
Sam beranjak dari duduknya. Dia berjalan menuju
balkon, menatap pada jalan yang sudah mulai ramai dipadati mobil-mobil di jam
pulang kerja. Kehidupan manusia menurutnya masihlah aneh, mereka tiap hari
terus bekerja dan bekerja, sementara iblis di nereka terus bertarung untuk
memperebutkan tahta, dan juga menyiksa manusia yang telah mati.
Kenapa manusia masih berbuat dosa adalah pertanyaan
utama. Padahal mereka semua tahu bahwa ada Tuhan dalam dunia ini. Walau begitu,
pekerjaan iblis memang harus menghasut manusia, menyeretnya ke dalam jurang tak
berdasar.
Saat ini misi yang harus dituntaskan adalah
mengembalikan kerajaan iblis seperti semula. Namun ada hal yang dia sembunyikan
pada Rofocale.
Iblis yang sekarang tinggal di neraka ibarat
‘peliharaan’ malaikat. Iblis-iblis itu ditugaskan oleh Tuhan untuk menyiksa
manusia sampai hari kiamat, dan pintu gerbang menuju dunia manusia ditutup
rapat semenjak perang besar tersebut usai.
Sebuah penghinaan, memang. Iblis yang sekarang hanya
menjadi budak Tuhan beserta para malaikatnya. Keadaan ini harus diubah, diputar
balik. Sam memikirkan bagaimana caranya menghancurkan portal yang menghubungkan
neraka dan bumi agar iblis-iblis tersebut bebas, lalu bersatu membuat koloni
besar di bumi dan bersama menyerang Istana Adam, tempat di mana markas besar
para malaikat.
Sam menadah dagu pada lengan, dia menatap langit sore
yang mulai menjingga. Andai ada satu cara untuk menghancurkan portal itu, yakni
pasti menyerangnya secara membabi-buta. Portal itu tentu dijaga oleh
malaikat-malaikat kuat, termasuk Malik yang menjadi kepalanya.
Kemustahilan. Kemungkinan berhasil bahkan kurang dari
1%. Karena hanya dia, Rofocale, Chika dan Ratih sebagai tentara iblis di bumi
sekarang ini. Sam butuh kekuatan lebih untuk menghancurkan portal itu, sebuah
kekuatan yang setara dengan Lucifer atau Metatron.
Di satu sisi, Sam punya misi rahasia yang berbeda
jalur dengan Rofocale. Untuk saat ini, membantu Rofocale mengumpulkan grimoire
adalah pilihan teapt untuk menyamarkan misinya.
Sam berbalik badan, menatap Rofocale yang masih
terduduk pada sofa.
“Berapa banyak grimoire yang butuhkan untuk
menghidupkan Lucifer?”
Alis mata Rofocale menukik. “Pertanyaanmu menjadi
serius. Tentu banyak.”
“Berapa banyak? Dan bagaimana caranya? Kalau kau
sedikit pintar, bagian dari buku itu pasti sudah kau terjemahkan, bukan?”
Rofocale sedikit curiga. Bagaimanapun Sam adalah iblis
yang tentu haus akan tahta, sama seperti iblis lainnya. Dengan cara apapun,
Rofocale mau bahwa hanya dialah yang akan membangkitkan Lucifer, bukan iblis
manapun.
Alasan bahwa kuatnya minat Rofocale yang pertama kali
membangunkan Lucifer adalah Rofocale akan berencana sedikit memanipulasi otak
Lucifer dengan sigil, dan menjadikan Lucifer sebagai budak, bukan Rajanya lagi.
Itulah poin utama dari misi Rofocale.
Namun sekarang Sam bertanya tentang poin penting
tersebut. Dan mau tak mau Rofocale harus menjawabnya dengan jujur.
“Ada tiga piramida di dunia ini yang menjadi pilar
pembangkitan Lucifer.”
“Piramida. Pilar. Di mana? Dan bagaimana
menghubungkannya dengan grimoire?”
“Mesir, Meksiko, dan Indonesia. Grimore itu
kukumpulkan di bawah tanah dengan sigil sebagai gembok agar tak ada malaikat
yang mendeteksinya.”
Sam mengerutkan alis. Rofocale ternyata benar-benar
menjaga apa yang selama ini diperjuangkan. Oleh karena itu, bertanya bagaimana
cara melepas sigil adalah hal bodoh. Jika sigil yang digunakan adalah tipe
pengunci, tentu hanya si pengguna yang dapat membuka gemboknya tersebut.
Menyebalkan,
pikir Sam. Dengan begini, dia harus memutar otak bagaimana caranya Rofocale mau
memberikan mantera sigil itu.
Tapi itu terlalu dini. Mengingat mereka baru beberapa
bulan menjalani operasi ini, tentu grimoire yang didapat masih sedikit, dan
belum mencukupi untuk memenuhi satu volume piramida. Jadi yang harus Sam
lakukan adalah terus mengikuti alur ini untuk sementara.
Melihat ekspresi Sam, dari sini Rofocale semakin
curiga tentangnya, namun Rofocale tetap bersikap biasa agar dirinya tak
menganggap bahwa Sam sekarang adalah ancaman.
“Kalau begitu, perburuan malam ini aku akan membantu
kalian.”
Chika sedikit merasa lega saat Sam berkata demikian.
Karena berdua dengan Ratih hanya mendapat sedikit grimoire, namun jika bertiga
tentu akan mempermudah pekerjaan ini.
“Boleh aku bertanya satu hal padamu, Chika?”
“Apa?”
“Apa kau benci manusia?”
Pertanyaan itu tiba-tiba seperti menusuk kepala Chika
dengan jarum panjang, melintang dari kepala kiri menembus kepala kanan. Sisi
psikologis menjadi sedikit goyah, dia kembali mengingat masa kecilnya yang suram.
“Sebagai iblis, tentu kau benci terhadap manusia,
bukan? Lalu apa poin utamamu?”
“Aku…”
Pertanyaan yang Sam ajukan benar-benar mengancam
Chika, dan Rofocale tentu tidak senang akan ini. Jika Chika putus asa akan
tujuannya sebagai iblis, Chika akan mati, karena dia hidup dengan jantung iblis
yang berdetak, bukan manusia.
“… ingin membunuh semua manusia.”
Sebuah keajaiban tiba-tiba tercipta. Jawaban itu
menaikkan tinggi bendera Rofocale. Sam sedikit terkejut atas jawaban tersebut,
namun di satu sisi dia harus senang karena dia harus memihak Rofocale.
“Aku suka alasanmu menjadi iblis. Jika kau mempunyai
cinta, maka kekuatan iblismu perlahan pudar, benar bukan, Rofocale?”
“Apa-apaan itu?” batin Rofocale menggerutu. “Aku
seperti sedang dipermainkan.”
“Dan oh ya, apa kau tahu bagaiman cara mengaktifkan
piramida itu untuk membangkitkan Lucifer?”
“Dengan kunci, bukan?”
“Tepat sekali. Dan kau tahu di mana kunci itu?”
Sekali saja Rofocale menjawab pertanyaan ini, maka Sam
akan tahu segalanya. Menjawab jujur itu seperti Rofocale akan menggali
kuburannya sendiri, maka di sini dia harus sedikit menipu Sam.
Rofocale dapat melihat wajah Sam yang sedang memasang
pandangan menyipit, dia benar seperti dugaan Rofocale sebelumnya.
“Kuncinya adalah mantera yang ada dalam buku itu.”
“Jadi, bukan berupa benda?”
Sial, pikir Rofocale. Sam ternyata sudah tahu bahwa
kunci untuk mengaktifkan tiga piramida itu adalah benda. Pertanyaannya adalah
dari mana Sam tahu. Namun jika Rofocale bertanya tentang itu, sama saja
Rofocale ketahuan sedang menipunya.
“Kurasa bukan. Ada mantera yang terselip pada halaman
873, merajuk pada setelah pengumpulan grimoire pada tiga piramida.”
Sam tahu Rofocale berbohong, sebab sebenarnya dia tahu
di mana kuncinya, dan tentu sebuah benda. Sekarang dia harus berpura-pura baru
tahu dan setuju bahwa kunci itu adalah sebuah mantera.
“Apa ada syarat khusus saat merapalkannya?”
“Ada. Yakni saat gerhana matahari.”
“Syarat yang sangat sulit. Kita masih belum tahu kapan
gerhana itu datang. Dan sebelum gerhana itu datang, kita harus memenuhi
piramida itu dengan grimoire.”
“Tunggu!” Chika menyanggah, membuat Sam dan Rofocal
menatap wajahnya. “Bagaimana kalian tahu bahwa piramida itu sudah terisi penuh
dengan grimoire?”
“Mata ini.”
Seketika bola mata Rofocale yang tadinya kuning
berubah menjadi merah. Yakni mata iblis, mata yang diyakini dapat melihat
hal-hal negatif seperti berapa banyak dosa yang telah manusia perbuat.
Seperti Chika, misalnya. Dengan mata itu, Rofocale
tahu berapa banyak dosa yang telah Chika perbuat. Semakin besar dosanya,
semakin meluap dendamnya—itu berbanding lurus dengan kekuatan iblis yang Chika
miliki.
Pada umumnya iblis sangat menyukai manusia yang penuh
dosa. Ketika iblis melihat manusia yang dosanya sedikit, dia akan menghasut
manusia tersebut hingga berbuat dosa. Sedikit demi sedikit lama-lama menjadi
bukit, hingga manusia mati, tujuan iblis adalah memberatkan amal buruk manusia
pada neraca timbangan, lalu manusia itu pun dijebloskan ke neraka oleh Malik.
Dan manusia yang masuk neraka akan menjadi mainan iblis hingga hari kiamat.
“Bola mata iblis berbeda dengan manusia. Rofocale
memberikanmu kekuatan 50% iblis, namun tidak dengan matanya.”
“Kenapa?”
“Sebenarnya, sebelum aku membangkitkanmu dan Ratih,
beberapa orang sudah kucoba. Saat akan kubagi mata ini dengan manusia setengah
iblis itu, dia lalu mati karena matanya terbakar. Itu karena mata ini spesial.”
“Spesial, maksudmu?”
“Mata ini dapat melihat sebuah hal negatif, seperti;
rasa dendam manusia, iri hati, dengki, putus asa, dan dosa. Karena grimore yang
turun dari surga bermuatan positif, maka aku pun mengubahnya menjadi negatif.
Aura negatif dari grimore memancar seperti dosa manusia, maka dari itu aku
dengan mudah mengetahui bahwa grimore itu sudah penuh atau belum pada piramida.”
“Dapat melihat dosa manusia, katamu?”
“Ya, namun sayangnya manusia dilarang mengetahui
pahala dan dosa yang dia perbuat, maka dari itu Tuhan langsung mengutuk siapa
saja manusia yang memiliki mata iblis. Seperti GPS, dengan aku mentransfer mata
ini, otomatis Tuhan akan mengetahui di mana keberadaanku, lalu dia akan
menyuruh Metatron untuk membunuhku.”
“Jadi, kau yang sekarang ini dapat mengelabuhi mata Tuhan?
Hebat sekali!”
“Aku sangat berterima kasih pada Lucifer yang
memberikan sigil ini. Sebuah mantera super hebat yang mampu menipu mata Tuhan.”
“Lalu, apa ada alasan logis kenapa kau memilihku? Kau
tahu, aku ini gadis lemah yang payah. Pertanyaan ini selalu terngiang saat aku
ingin tidur.”
“Aku memilihmu karena aura dendammu memancar terang.
Putus asa. Keyakinan untuk membunuh. Kau dibalik dirimu yang polos dan lucu itu
sebenarnya menyimpan luka yang dalam. Maka itulah alasanku membangkitkanmu, dan
merekrutmu.”
“Bukankah sebaiknya kau membangkitkan iblis saja
daripada membangkitkan manusia seperti diriku?”
“Aku tak punya grimore, dasar payah. Membangkitkan separuh
kekuatan iblis itu hanya dengan merapalkan mantera, namun jika membangkitkan
iblis sempurna tentu harus memakai grimore bermuatan negatif. Oleh karena itu,
membangkitkan separuh kekuatan iblis pada manusia adalah opsi tepat untuk
kembali membangun kerajaan iblis. Juga, di balik tubuh manusiamu itu, bahkan
malaikat dan Tuhan tak bisa mendeteksi bahwa kau adalah jelmaan iblis.”
“Tuhan. Jadi, kalian iblis percaya akan Tuhan?”
“Tentu. Kau ini bodoh atau apa? Dialah yang
menciptakan Metatron dan Lucifer di surga.”
“Biar kutebak. Setelah kalian berhasil menggulingkan
malaikat yang kalian sebut Metatron, apa kalian juga akan membunuh Tuhan?”
Kedua bola mata mereka menyipit. Pertanyaan itu
membuat Rofocale dan Sam terdiam. Ruangan seakan membeku, hiruk-pikuk kendaraan
yang berlalu-lalang menjadi senyap. Sebuah pertanyaan sederhana namun berat
untuk menjawabnya.
“Kemungkinan terburuknya, iya,” jawab Rofocale. “Jika
Tuhan ikut campur dalam urusan ini dan merestui kami menempati surga-Nya, maka
kami akan membunuh Tuhan saat itu juga.”
Jawaban Rofocale kini membuat Chika membatu. Dia
seakan tak percaya, dan jawaban Ratih siang tadi memang benar bahwa Rofocale
benar-benar hendak membunuh Tuhan, Sang Pencipta alam semesta.
Terdengar mustahil, memang. Tak ada yang mengetahui
seberapa kuat Tuhan, dan di mana letak kelemahan-Nya. Dialah yang menciptakan
malaikat dan iblis. Dengan ide gilanya, Rofocale hendak akan melawan Tuhan yang
diluar logika.
Lalu semisal Tuhan mati, siapa yang akan menggantikan
posisi-Nya? Lalu bagaimana kehidupan ini akan berlangsung? Apa kiamat akan
datang saat Tuhan mati? Beberapa pertanyaan terngiang di kepala Chika tentang skenario
alam semesta jika tanpa Tuhan yang mengepalai.
“Setelah Tuhan mati, bagaimana nasib alam semesta ini?”
“Tuhan mati meninggalkan sistem-Nya.”
“Sistem. Maksudmu?”
“Tuhan adalah programmer. Dia penulis skrip hebat yang
membuat kehidupan manusia di bumi, peredaran planet, lalu alam semesta yang
luasnya masih belum diketahui, bahkan oleh malaikat. Ketika Tuhan mati, sistem itu
tentu akan terus berjalan, dan tak akan berhenti. Dunia tanpa Tuhan sebenarnya
sama saja untuk sekarang ini, karena roda kehidupan yang Tuhan ciptakan
berjalan secara otomatis.”
“Begitu. Bagaimana kalian tahu semuanya?”
“Lucifer adalah calon tangan kanan Tuhan, bersama
Metatron. Pada saat itu mereka berdua tahu bagaimana cara dunia ini diciptakan,
juga kapan dunia ini akan kiamat. Semua berjalan sesuai sistem yang Tuhan buat
tanpa harus Tuhan mengutak-atik skripnya. Sistem itu berjalan tanpa awak, jadi
tanpa Tuhan tentu pesawat yang kau tumpangi akan selamat sampai tujuan.”
“Lalu, tujuanmu adalah menjadi Tuhan baru di dunia
ini?”
Pertanyaan kedua Chika yang sangat menusuk jantung
Rofocale. Chika benar-benar pintar, namun ini menjadi boomerang tersendiri bagi
Rofocale. Jika Rofocale salah menjawab pertanyaan ini, maka rencana yang telah
ia buat selama ribuan tahun akan lenyap dalam hitungan detik ke depan.
“Lucifer-lah yang akan memimpin dunia ini, menjadi
pengganti Tuhan, dan aku kembali menjadi tangan kanan-Nya.”
“Jadi itu tujuanmu yang sebenarnya?”
“Iya, jika Tuhan ikut campur saat kami menduduki
surga. Jika tidak, aku tidak perlu membunuh Tuhan saat itu juga.”
Sam dalam hati menunjukkan seringainya. Dia tahu bahwa
Rofocale berbohong, namun kali ini dia harus bersikap biasa karena tak mau
Chika tahu rencana Rofocale yang sebenarnya, juga tentang rencana dirinya yang
sedang menjadikan Rofocale sebuah kuda di atas papan catur.
Rofocale pun sama, dia diam-diam terus mewaspadai
sedikit pergerakan tubuh Sam. Dia tahu bahwa dari tadi Sam sedang mengawasinya,
dan menunggu sedikit jawaban bodoh yang keluar dari mulut. Sedikit saja
Rofocale membocorkan hal penting mengenai rencana rahasianya, maka Sam akan
mengambil alih kepala dari operasi pembangkitan kerajaan iblis.
Dengan begini, permainan baru saja dimulai.
0 komentar:
Posting Komentar